Selasa, 25 November 2014

Dakwah Masa Nabi Muhammad SAW



1.      DAKWAH MASA NABI MUHAMMAD SAW.

Dakwah Nabi Muhammad Saw. Dapat dibagi menjadi dua periode penting, yaitu periode Makkah dan periode Madinah. Setiap periode mempunyai karakteristik dakwah masing-masing.
A.    Dakwah Nabi periode Makkah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan diKa’bah ( Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.
1.      Kondisi Objektif Masyarakat Arab Saat Nabi Diutus
a.       Kondisi Keagamaan
Arab ketika itu hampir tenggelam dalam kepercayaan jahiliah. Sisa-sisa penganut agama Ibrahim sangat langka dan tidak kedengeran lagi suaranya. Virus kepercayaan jahiliyyah begitu dahsyat sehingga merambah hampir semua lapisan masyarakat. Informasi tentang kepercayaan mereka dapat kita lihat dalam Al-Qur’an, diantaranya :
Ø  Orang arab musyrikin menyembah tuhan-tuhan yang mereka yakini sebagai perantara yang dapat memberikan syafa’at untuk mereka kepada Allah. Mereka tahu siapa Allah, tetapi mereka meminta syafa’at kepada Tuhan-tuhan palsu.
Ø  Taklid mereka sangat kuat dengan apa yang dilihat dari orang tua dan nenek moyang mereka. Taklid ini mengakibatkan sulitnya menembus dinding kepercayaan jahiliah yang ada.
b.      Kondisi Politik dan Hukum
Kondisi politik di Hirah, Syam, dan Hijaz sangat rusak. Manusia terbagi dalam dua kelas, tuan dan budak, atau pemimpin dan rakyat. Sebelum Islam lahir, kaum kerabat Rasulullah memiliki posisi penting di Mekkah, meskipun dari segi kekayaan mereka adalah orang yang biasa-biasa saja, bahkan dikalangan pedagang Makkah mungkin mereka di bawah rata-rata. Kekayaan dipegang oleh bani Abdis Syam, bani Naufal, dan bani Makhzum. Ketegangan muncul di kalangan mereka untuk memperebutkan posisi penting di masyarakatnya.
c.       Kondisi Sosiokultural
Pada saat itu ada beberapa yang dapat dicermati, jika dilihat dari sudut sosiokultural diantaranya adalah :
Ø  Hubungan antara laki-laki dan perempuan sudah rusak.
Ø  Perlakuan terhadap budak semena-mena.
Ø  Budaya miras mengakar.
d.      Kondisi Ekonomi
Pada saat itu pertanian terdapat di pinggiran jazirah Arab, seperti Yaman, Syam, dan sebagian daerah oase yang tersebar di jazirah. Mayoritas masyarakat Badui hidup dari menggembala unta dan kambing. Kehidupan mereka berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat yang lain. Sedangkan perdagangan adalah pendapatan primadona masyarakat Makkah dan Quraisy, sebagaimana yang digambarkan dalam surah Quraisy. Perdagangan ini tidak cukup aman karena banyaknya penyamun yang selalu mengintai ekspedisi dagang. Kemudian perdagangan ini melahirkan kelas orang-orang kaya yang berfoya-foya di satu sisi dan orang-orang miskin yang terbuang. Sementara itu ekonomi ribawi adalah landasan ekonomi mereka.

2.      Materi Dakwah Nabi Muhammad SAW
Dalam al-Qur’an menegaskan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk menebar rahmat buat sekalian alam. Untuk mencetak manusia yang berakhlak mulia, materi yang digunakan oleh Nabi adalah (menurut Al-Mubarakfury):
·         Tauhid
·         Iman kepada hari kiamat
·         Pembersih jiwa dengan menjauhi segala kemungkaran dan kekejian yang menimbulkan akibat buruk, dan dengan melakukan hal-hal yang baik dan utama
·         Penyerahan segala urusan kepada Allah
·         Semua itu setelah beriman kepada Risalah Muhammad
Selain akidah, masalah sosial juga mendapat perhatian pada dakwah di Mekkah, sebagai contoh, Allah sangat menganjurkan kaum muslimin untuk memerdekakan hamba sahaya yang mana perbudakan pada saat itu begitu subur, diperintahkan untuk member makan pada hari kelaparan, memperhatikan anak yatim, atau orang miskin yang sangat fakir.
Ajaran lain yang ditanamkan oleh rosul dalam rangka pembentukan kepribadian mulia adalah dengan mengajarkan secara bertahap ajaran-ajaran yang diturunkan oleh Allah, seperti sholat.
3.      Strategi Dakwah Nabi di Mekkah
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hukum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
a.       Tahapan dakwah secara rahasia selama tiga tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi atau rahasia ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW ), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil). Diantara pendahulu kaum muslimin adalah bilal bin Rabbah, Abu Ubaidah, Salamah, Al-arqam bin abil arqam, Ustman bin Masz’un dan lain-lain. Mereka semua dari keturunan Quraisy. Mereka masuk islam secara rahasia dan Rasulullah membimbing mereka pun dengan rahasia pula. Ayat-ayat yang turun saat itu adalah ayat-ayat pendek yang memiliki perhatian yang indah, penyampaian yang tenang, dan sejalan dengan kondisi saat itu yang sensitive. Isinya adalah noda-noda dunia, penggambaran terhadap surga dan neraka yang seolah –olah dihadapan mata, dan membawa orang-orang mukmin berada dalam kondisi masyarakat arab saat itu.
b.      Tahapan dakwah secara terang-terangan terhadap penduduk mekkah, mulai tahun ke empat kenabian sampai akhir tahun kesepuluh kenabian.
Dakwah terang-terangan terhadap penduduk Mekkah dimulai sejak turunnya ayat 214 surat asy-Syu’ara’: “dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat.”
Adapun metode yang dilakukan Nabi pada tahapan ini adalah sebagai berikut:
ü  Mengundang Bani Hasyim kerumahnya, dilakukan selama dua kali untuk menjelaskan bahwa beliau diutus oleh Allah.
ü  Undangan terbuka kepada seluruh masyarakat Quraisy di bukit Shafa.
ü  Menyatakan sikap tegas terhadap hakikat ajaran yang dibawa dan mengecam keyakinan keliru yang tersebar dimasyarakat.
ü  Melakukan pembinaan dan pengkaderan intensif dirumah Arqam bin Abil Arqam.
ü  Menyuruh sebagian kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke Habasyah dengan tujuan untuk menyelamatkan sebagian iman kaum muslimin dari fitnah.
c.       Tahapan Dakwah di luar Mekkah (berlangsung dari akhir tahun kesepuluh kenabian hingga sampai hijrah ke Madinah)
Dalam tahapan ini Rosul melakukan beberapa langkah dalam menjalankan aktivitas dakwahnya, di antaranya:
§  Melakukan perjalanan ke Thaif, beliau ditemani oleh Zaid bin Haritsah.
§  Menawarkan islam kepada kabilah-kabilah dan pribadi-pribadi.
§  Hijrah ke Madinah

4.      Problematika Dakwah dan Ketegaran Rosulullah
Dakwah untuk menyerukan kebaikan kepada masyarakat pasti menghadapi permasalahan. Jalan dakwah Rosulullah tidak mulus, banyak rintangan yang menghadang dijalan dakwah beliau, mulai cara yang halus, setengah kasar, sampai yang paling kasar, yaitu cara sistematis pembunuhan Rosulullah.
a.       Di antara jalan yang halus adalah dengan :
·         Melakukan negoisasi terhadap Abu Thalib agar Muhammad menghentikan dakwahnya.
·         Menawarkan kepada Muhammad apa saja yang di inginkan, baik harta, wanita, kedudukan.
b.      Di antara jalan yang agak setengah kasar adalah dengan :
·         Mencemooh, menghina, melecehkan, mendustakan, serta menertawakan, seperti dituduh sebagai orang gila.
·         Melontarkan propoganda palsu dengan mengatakan bahwa ajaran Muhammad adalah dongeng orang-orang terdahulu.
c.       Di antara tindakan kasar adalah :
·         Menebar duri ditempat rosulullah lewat.
·         Melakukan penyiksaan terhadap beberapa pengikut islam.
·         Upaya pembunuhan Nabi Muhmmad.
Rahasia sukses dakwah Nabi di Mekkah adalah ketegaran beliau memegang prinsip yang telah di gariskan oleh Allah.
5.      Ciri-ciri umum Dakwah Nabi di Mekkah
Ada ciri-ciri umum yang dapat didefinisikan dalam dakwah Rosul pada periode di Mekkah, antara lain :
Ø  Perhatian dakwah terfokus pada upaya untuk menyampaikan dakwah dan menyebarkan dengan cara sirriyyah (sembunyi) maupun jahriyyah (terang-terangan).
Ø  Memerhatikan aspek tarbiyah (pengkaderan terbaru) bagi orang yang menerima dakwah dengan berupaya untuk men-‘tazkiyah’ (menyucikan) hati orang yang di didik dan menumbuhkan mereka selalu dalam suasana hidayah.
Ø  Berusaha untuk tidak terjadi kontak fisik dengan musuh dan mencukupkan diri dengan melakukan jihad dakwah meskipun gangguan dari pihak musuh cukup menyakitkan hati pihak kaum muslimin.
B.     Dakwah Nabi Periode Madinah
Dalam periode ini, pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat Islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, Nabi kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat Madinah, sebagai berikut :
v  Mendirikan Masjid
v  Mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajirin.
v  Perjanjian saling membantu antara sesama kaum muslimin dan bukan muslimin.
v  Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosial untuk masyarakat baru.
1.      Hijrah sebagai Metode Dakwah

Dakwah di Madinah dianggap kelahiran baru agama islam setelah ruang dakwah di Mekkah terasa sempit bagi kaum muslimin. Allah memilihkan buat Nabi-nya Madinah sebagai pilot project pembentukan masyarakat Islam pertama.
Berawal dari masuk islamnya beberapa orang asal madinah pada tahun ke 11 kenabian dalam gerakan dakwah rosul kepada orang-orang yang datang ke Mekkah, dakwah di kawasan ini berkembang sangat pesat. Setahun setelah kejadian tersebut, mereka mengutus 12 orang perwakilan ke Mekkah untuk menemui Rosul. Pertemuan tersebut melahirkan Baiat Aqabah I.
Mereka berbaiat kepada Rosul untuk mengesakan Allah, tidak mencuri, tidak melakukan zina, tidak membunuh anak, dan Rosul meminta kepada mereka untuk taat kepada perintah beliau dalam masalah kebaikan. Rosulullah mengutus Mush’ab bin Umair sebagai duta beliau yang bertugas mengajarkan islam kepada penduduk Madinah.
Tahun ketiga mereka mengutus 72 orang menemui Rosul. Pertemuan inilah yang disebut dengan Baiat Aqabah Kubro. Isi baiat tersebut adalah tekad untuk melindungi dan menolong Rosulullah dan para sahabatnya, serta mengajak Rosul untuk hijrah ke Madinah.
Isi Baiat Aqobah Kubro ini langsung ditindak lanjuti Rosul dengan memerintahkan kaum muslimin yang ada di Mekkah untuk Hijrah ke Madinah. Para sahabat pun berangkat ke Madinah secara bergelombang, sedangkan Rosul masih tetap di Mekkah menanti izin dari Allah untuk berhijrah, setelah mendapat izin, barulah beliau berangkat dengan ditemani oleh Abu Bakar ke madinah.
Keberhasilan gerakan hijrah merupakan kemengan besar bagi islam dan kaum muslimin. Hijrah merupakan tonggak kehidupan baru kaum Muslimin. Di Negeri ini mereka mulai menerapkan system kehidupan baru sesuai dengan perintah Allah SWT.
Kondisi Politik di Madinah Pada saat Nabi tiba di Madinah, masyarakatnya terbagi dalam berbagai golongan (kelompok). “ Kelompok Muhajirin ” yakni orang-orang mukmin yang meninggalkan tanah kelahiran mereka dan turut berhijrah ke Madinah. Kesetiaan kaum Muhajirin terhadap perjuangan Nabi sangat besar. Mereka bersedia berhijrah dengan meninggalkan handai tolan dan sanak keluarganya dan mereka tabah menghadapai penderitaan dan cobaan dalam perjuangan di jalan Allah. Pengikut Nabi yang lainnya adalah pendduduk asli Madinah yang sedikit atau banyak telahaa memberikan pertolongan kepada Nabi. Mereka ini mendapat sebutan “kaum Anshor” (penolong). Dengan ramah hati menyambut kehadiran Nabi ditengah-tengah mereka, dan sesuai dengan perjanjian Aqobah mereka bersedia membantu Nabi dalam kondisi dan situasi bagaimanapun juga.

2.      Ciri-ciri umum Dakwah di Madinah

Ada beberapa ciri-ciri umum dalam dakwah nabi Muhammad di Madinah, yaitu:
a.       Menjaga kesinambungan tarbiyah dan tazkiyah bagi sahabat yang telah memeluk islam.
b.      Mendirikan Daulah Islamiyah.
Daulah adalah sarana paling besar, dan merupakan lembaga terpentingyang secara resmi menyuarakan nilai-nilai dakwah.
c.       Adanya keseriusan untuk menerapkan hukum syariat untuk seluruh lapisan masyarakat, baik skala personal maupun jamaah.
d.      Hidup berdampingan dengan musuh islam yang menyatakan ingin hidup damai dan bermuamalah dengan mereka dengan aturan yang jelas.
e.       Menghadapi secara tegas pihak yang memilih perang serta melakukan psy war (perang urat syaraf) bagi kelompok yang selalu mengintai peluang atau menunggu kesempatan untuk menyerang daulah islamiah dengan mengirim pasukan-pasukan kecil.
f.       Merealisasikan universitas dakwah islam dengan merambah seluruh kawasan dunia. 
g. Melalui surat, mengirim duta, mengirim rombongan, menerima utusan yang datang, dan seterusnya.

Rabu, 19 November 2014

SEJARAH DAKWAH



Ditinjau dari berbagai persepsi, pada intinya dakwah adalah segala kegiatan dan aktivitas mengajak orang untuk berubah dari situasi yang mengandung nilai bukan Islami kepada nilai yang Islami. Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan sebagai wujud perilaku keIslaman muslim yang melibatkan unsur da’i, pesan, media, metode, dan respon.
1.      Pengertian Sejarah Dakwah
Sejarah dakwah berasal dari dua kata, yaitu “sejarah” dan “dakwah”. Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajarah” yang berarti pohon. Sedangkan “dakwah” secara etimologis berasal dari kata da’a, yad’u, da’watan. Kata da’a mengandung arti : menyeru, memanggil, dan mengajak. Dakwah artinya seruan, panggilan, dan ajakan. Dakwah Islam dapat dipahami sebagai seruan, panggilan, dan ajakan kepada Islam.
Dengan demikian, “sejarah dakwah” dapat diartikan sebagai peristiwa masa lampau umat manusia dalam upaya mereka menyeru, memanggil, dan mengajak umat manusia kepada Islam serta bagaimana reaksi umat yang diseru dan perubahan-perubahan apa yang terjadi setelah dakwah digulirkan, baik langsung maupun tidak langsung.
2.      Ruang Lingkup Sejarah Dakwah
Pembatasan ruang lingkup kajian dakwah berangkat dari jawaban pertanyaan kapan dakwah Islam dimulai. Setidaknya ada dua pendapat besar tentang permulaan dakwah, yaitu :
a.       Penelitian yang menjadikan permulaan dakwah adalah pada masa Rasulullah SAW. Pendapat ini merujuk kepada terminologi khusus dari dakwah Islamiah, bahwa Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi SAW.
b.      Peneliti lain berpendapat bahwa permulaan dakwah adalah sejak diutusnya para Nabi dan Rasul. Pendapat ini merajuk kepada terminologi umum dari dakwah Islamiah, bahwa dakwah para Nabi hakikatnya adalah satu. Seluruh Rasul telah menyampaikan Islam dalam arti yang luas.
Aspek kesejarahan yang dipotret adalah aktivitas umat dalam memenuhi perintah Allah SWT. Untuk menyebarkan agama, membina masyarakat, melakukan transformasi sosial budaya, memelihara agama, dan mempertahankannya dari serangan musuh-musuh Islam. Sejarah Islam juga memotret bagaimana perjuangan menegakkan agama dalam rentang masa yang begitu panjang ini mengalami pasang surut.
3.      Kedudukan dan Fungsi Sejarah Dakwah
Sejarah dakwah sangat penting diketahui oleh para da’i yang ingin mengemban risalah kenabian. Dengannya para da’i bercermin. Adapun fungsi mempelajari sejarah dakwah antara lain :
·         Untuk mengetahui bagaimana strategi perjuangan para Rasul dan kegigihan mereka dalam menyebarkan dakwah tauhid.
·         Mengidentifikasi penyakit umat setiap zaman dan bagaimana mencari jalan keluar dari penyakit tersebut.
·         Menentukan sikap dalam berdakwah dengan bercermin dari sejarah yang benar.Mengetahui faktor kemajuan dan kemunduran dakwah dari masa ke masa.
·         Untuk memupuk semangat perjuangan para da’i.
·         Mengetahui sejauh mana dakwah Islam telah dapat memengaruhi dan merombak jalannya sejarah, atau telah berhasil menciptakan realitas sosiokultural baru.
·         Memprediksi apa yang bakal terjadi dengan peran Islam di masa mendatang dalam rangka penataan kehidupan masyarakat baru.

4.      Sekilas Tentang Sejarah Dakwah Dalam Al-Qur’an
Sejarah dalam Al-Qur’an adalah sejarah yang mengungkapkan tentang siklus kehidupan dan sunnatullah yang tidak pernah berubah. Al-Qur’an selalu mengungkap pertarungan antara hak dan batil, yang pada akhirnya kemenangan akan selalu berada pada pihak yang membela kebenaran. Al-Qur’an juga mengubah persepsi manusia tentang kemenangan yang lebih diartikan dengan kesuksesan meraih sesuatu yang dicita-citakan di dunia.
Kadang-kadang Allah mengungkapkan cerita dengan redaksi yang singkat, dalam waktu yang lain diungkapkan dengan redaksi sedang dan kadang-kadang dengan redaksi yang panjang. Tujuannya adalah agar sunnatullah tersebut (kemenangan pasti ditangan pejuang kebenaran) tertanam kokoh di dalam diri dan terhujam didalam hati, sehingga keputusan tidak mendapatkan celah untuk menyelinap masuk ke hati para da’i dan reformis.