KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN DAKWAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas : Manajemen Dakwah
Dosen
Pengampu:
Disusun
Oleh:
Filla
Lailatul Hudriyah (131311106)
Nana
Lutfiana (131311110)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
MANAJEMEN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Pemimpin
merupakan faktor penentu dalam meraih sukses bagi sebuah organisasi. Sebab
pemimpin yang sukses akan mampu mengelola organisasi, dapat memengaruhi orang
lain secara konstruktif, dan mampu menunjukkan jalan serta tindakan benar yang
harus dilakukan secara bersama-sama.[1]
Para
pemimpin harus mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi secara tiba-tiba,
dapat mengoreksi kelemahan-kelemahan, dan sanggup membawa organisasi kepada
sasaran dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Jadi, bisa dikatakan bahwa
kepemimpinan merupakan kunci kesuksesan sebuah organisasi. Di samping itu,
dalam setiap kerja kolektif dibutuhkan pemimpin untuk mengefisienkan setiap
langkah dari kegiatan tersebut.[2]
II. PERMASALAHAN
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan diantaranya, yaitu:
1.
Apa
definisi kepemimpinan manajemen dakwah?
2.
Bagaimana
kepemimpinan dalam manajemen dakwah?
3.
Bagaimana
karakteristik pemimpin dakwah?
4.
Apa
saja fungsi dan tipe kepemimpinan dakwah?
5.
Bagaimana
nilia-nilai kepemimpinan dakwah?
6.
Bagaimana
cara menigkatkan kualitas kepemimpinan umat islam?
III.
PEMBAHASAN
1.
Definisi
Kepemimpinan Manajemen Dakwah
v Beberapa para ahli mendefinisikan tentang kepemimpinan,
diantaranya yaitu:
a.
Menurut
William G.Scott (1962)
Kepemimpinan adalah sebagai proses mempengaruhi kegiatan
yang diorganisir dalam kelompok di dalam usahanya mencapai suatu tujuan yang
telah ditentukan.
b.
Menurut
Stephen J.Carrol & Henry L.Tosj (1977)
Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi orang-orang lain untuk melakukan apa yang kamu
inginkan dari mereka untuk mengerjakannya.
c.
Menurut Kartini
Kartono (1994)
Kepemimpinan itu
sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi satu situasi khusus. Sebab dalam suatu
kelompok yang melakukan aktivitas¬aktivitas tertentu, dan mempunyai suatu
tujuan serta peralatan¬peralatan yang khusus. Pemimpin kelompok dengan
ciri-ciri karakteristik itu merupakan fungsi dari situasi khusus.[3]
v Pengertian manajemen menurut para ahli
a.
Menurut G.R. Terry:
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
b.
Menurut Hilman:
Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain
dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
c.
Menurut Ricky W. Griffin:
Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan
efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,
dan sesuai dengan jadwal.[4]
v Ada beberapa perkatan ulama dalam mendefiniskan
dakwah sebagai berikut:
a. Syaikhul islam Ibnu taimiah rohimahulloh berkata:
dakwah kepada alloh adalah dakwah menuju keimanan kepada-Nya dan terhadap apa
yang di bawa oleh Rosul-Nya dengan meyakini apa yang dikhobarkan olehnya dan
menta’ati perintahnya.
b. Imam Ibnu jarir at-thobari rohimahulloh berkata
tentang maksud dakwah: yaitu menyeru menusia menuju islam dengan perkataan dan
perbuatan.
c. Imam Ibnu katsir rohimahulloh berkata: Dakwah
kepada Alloh yaitu dakwah/seruan kepada persaksian bahwa tidak ada Allah yang
berhak disembah kecualai Allah ta’ala satu-satunya dan tidak ada sekutu
baginya.
d. Syaikh Ali mahfudz rohimahulloh berkata: Dakwah
kepada Allah ialah memotivasi manusia kepada kepada kebaikan, petunjuk, dan memerintahkan
kebaiakan serta mencegah yang mungkar agar meraih kebahagiaan dunia akherat.[5]
Dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan manajemen
dakwah ialah suatu kepemimpinan yang fungsi dan peranannya sebagai manajer suatu
organisasi atau lembaga dakwah yang bertanggung jawab atas jalannya semua
fungsi manajemen, mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (contrilling).
Adapun kepemimpinan dakwah adalah suatu sifat
atau sikap kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang yang menyampaikan dakwah
(da’i) yang mendukung fungsinya untuk menghadapi publik dalam berbagai kondisi
dan situasi. Da’i dengan sikap dan sifatnya dalam kehidupan sehari-hari
dipandang sebagai pemimpin masyarakat. Oleh karena itu dikatakan bahwa
kepemimpinan dakwah merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seorang da’i.[6]
2.
Kepemimpinan
dalam manajemen dakwah
Ada
asumsi, bahwa keberhasilan suatu usaha secara tidak langsung ditentukan oleh
pemimpinnya. Dalam konteks ini juga bisa dilihat dalam teori kepemimpinan “Traits
Theory of Leadership”.[7]
Di samping itu, diperlukan sebuah rumusan yang jelas tentang kepemimpinan yang
dimaksudkan untuk mempermudah proses selanjutnya.
Dalam
kepemimpinan terdapat hubungan antarmanusia, yaitu hubungan memengaruhi (dari
pemimpin), dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikut/bawahan karena
dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin.
Kepemimpinan
sebagai konsep manajemen dakwah dapat dirumuskan sebagai berikut:[8]
a.
Kepemimpinan
sebagai salah satu seni dalam berdakwah untuk menciptakan kesesuaian dalam
mencari titik temu.
b.
Kepemimpinan
sebagai suatu bentuk persuasif dan inspirasi dalam berdakwah.
c.
Kepemimpinan
adalah kepribadian yang memiliki pengaruh.
Adapun
sifat, ciri, atau nilai-nilai pribadi yang harus dimiliki dalam kepemimpinan
manajemen dakwah adalah:
·
Berpandangan
jauh
·
Bertindak
dan bersikap bijaksana
·
Berpengetahuan
luas
·
Bersikap
dan bertindak adil
·
Berpendirian
teguh
·
Optimis
bahwa misinya berhasil
·
Berhati
ikhlas
·
Memiliki
kondisi fisik yang baik
·
Mampu
berkomunkasi
d.
Kepemimpinan
adalah tindakan dan perilaku pemimpin.
e.
Kepemimpinan
merupakan titik sentral proses kegiatan dakwah dalam kelompok atau organisasi
dakwah.
f.
Kepemimpinan
dakwah merupakan hubungan antara kekuatan dan kekuasaan.
g.
Kepemimpinan
sebagai sarana tujuan.
h.
Kepemimpinan
merupakan hasil dari interaksi, kepemimpinan dalam manajemen dakwah merupakan
merupakan suatu proses hubungan sosial antarpribadi, dimana pihak lain
mengadakan penyesuaian.
i.
Kepemimpinan
adalah peranan yang dibedakan.
3. Karakteristik pemimpin dakwah
Untuk
menjalankan organisasi dakwah dibutuhkan sebuah manajer yang handal seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang
memilki kemampuan untuk memadukan antara dimensi institusional dengan dimensi
individual. Adapun karakter manajer dakwah yang ideal itu dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Amanah
Merupakan
kunci kesuksesan setiap pekerjaan, dan sangat penting dimiliki oleh para pemimpin dakwah, karena ia diberi amanah untuk
mengelola organisasi dakwah yang cakupannya sangat luas dan memerhatikan
hak-hak orang banyak.
b. Memiliki ilmu dan keahlian
Maksudnya
adalah menerapkan manajemen dengan mengetahui spesialisasi bidang pekerjaannya
dan ahli dalam spesialisasi tersebut.
c. Memiliki kekuatan dan mampu merealisir
Jika
seorang pemimpin tidak memiliki kekuatan, maka ia tidak sanggup untuk
mengendalikan para karyawan atau anggotanya, dan jika pemimpin tidak memilki
potensi untuk merealisir keputusannya, maka ia tidak lebih sebagai dekorasi
yang diletakkan di atas jabatan.
d. Rendah diri
Sebagaimana
pemimpin harus kuat tapi tidak keras, juga ia harus rendah diri [humble], namun
tidak lemah untuk mendapatkan hati sehingga seluruh anggota mau bekerja sama
dengannya.
e. Toleransi dan sabar [emosional stabil]
Karena
keduanya adalah syarat bagi siapa saja yang memilki kedudukan di kehidupan ini.
Tanpa sifat tersebut, seorang tidak mendapatkan kepemimpinan .
f. Benar, adil dan dapat dipercaya [reliable]
Pemimpin
yang jujur dan adil merupakan pemimpin yang dikehendaki oleh Allah, karena
Allah senantiasa menyuruh untuk berlaku adil dan berbuat baik.
g. Musyawarah
Pemimpin
yang sukses harus mampu membangun suasana dialogis dan komunikasi yang baik
antara seluruh komponen dalam organisasi dengan jalan melakukan musyawarah
antarkaryawan, sehingga seluruh komponen merasa ikut terlibat dan dilibatkan,
sehingga melahirkan sikap sense of bilonging terhadap organisasi.
h. Cerdik dan memiliki firasat
Pemimpin
harus memiliki kecerdikan dan insting yang kuat dalam merespon fenomena yang
ada, sehingga dapat membawa kesuksesan bagi sebuah organisasi.
4.
Fungsi
dan tipe kepemimpinan dakwah
·
Fungsi
kepemimpinan dakwah
a.
Fungsi
Instruktif
Fungsi
ini bersifat komunikasi satu arah, namun harus komunikatif karena
sekurang-kurangnya harus harus dimengerti oleh anggota organisasi yang menerima
perintah.
Di
lingkungan umat Islam gambaran dalam menjelaskan fungsi instruktif terlihat
dari riwayat Ratu Balqis sebagai pemimpin, yang difirmankan dalam surat An-Naml
ayat 32 dan 33.
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلأ
أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّى تَشْهَدُونِ
قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ
وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ وَالأمْرُ إِلَيْكِ فَانْظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ
Berkata dia (Balqis): "Hai para pembesar berilah aku
pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan
sebelum kamu berada dalam majelis (ku)".
Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan
dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan
berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan".
b.
Fungsi Konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, karena berlangsung dalam
bentuk interaksi antara pemimpin dan anggota organisasinya. Namun sulit untuk
dibantah bilamana dinyatakan bahwa tingkat intensitas dan efektivitasnya sangat
tergantung pada pemimpin. Fungsi ini dapat digambarkan dalam surat Az-Zumar
ayat 18.
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ
فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ
هُمْ أُولُو الألْبَابِ
“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik
di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan
mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal”.
c.
Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar bersifat komunikasi dua arah, tetapi juga
merupakan perwujudan hubungan manusiawi
(hablum-minannas) yang kompleks. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin harus
berusaha mengaktifkan setiap anggota organisasinya, sehingga selalu terdorong
untuk berkomunikasi, baik secara horizontal maupun vertikal.
d.
Fungsi delegasi
Pelaksanaan fungsi ini tergantung pada kepercayaan. Pemimpin harus
mampu memberikan kepercayaan, sedang penerima delegasi harus mampu memelihara
kepercayaan. Fungsi pendelegasian pada dasarnya berarti persetujuan atau
pemberian izin pada aggota organisasi dalam posisi tertentu untuk menetapkan
keputusan.
e.
Fungsi pengendalian
Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah, meskipun
seharusnya akan lebih efektif jika dilaksanakan melalui komunikasi dua arah.
Fungsi pengendalian ini tidak sekedar dilaksanakan melalui kontrol atau
pengawasan. Fungsi ini dapat dilakukan juga melalui bimbingan kerja, termasuk
juga memberikan penjelasan dan contoh dalam kerja, latihan di lingkungan
organisasi lain dan sebagainya.
f.
Fungsi keteladanan
Seorang pimpinan merupakan tokoh sentral yang menjadi pusat
perhatian. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain bagi orang yang bersedia
diangkat atau bersedia menjalankan peranan sebagai pemimpin, selain harus
menjalankan kepemimpinan yang patut diteladani.
·
Tipe
kepemimpinan dakwah
ü Gaya mengutamakan pelaksanaan tugas
Kepemimpinan
dengan gaya ini didasari oleh asumsi bahwa tugas pemimpin adalah mendorong agar
setiap anggota melaksanakan tugas masig-masing secara maksimal.
ü Gaya mengutamakan kerja sama
Kepemimpinan
dengan gaya ini berpola mementingkan kerja sama, yang berarti juga mengutamakan
hubungan manusiawi antara anggota organisasi.
ü Gaya mengutamakan hasil
Kepemimpinan
dengan gaya ini berpola mementingkan hasil yang dapat dan harus dicapai setiap
anggota organisasi dalam melaksanakan kerja atau kegiatan tertentu.[9]
5.
Nilai-nilai
kepemimpinan dakwah
Nilai-nilai
kepemimpinan yang harus dimiliki oleh pemimpin dakwah ialah sifat, ciri atau
nilai-nilai pribadi yang memungkinkan orang-orang lain yaitu para pelaksana
dakwah tertarik dan terpikat kepadanya dan oleh karenanya mereka bersedia
melakukan tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan yang diinginkan oleh pimpinan
itu dalam rangka dakwah. Oleh karena itulah maka nilai-nilai pribadi yang
hendaknya dimiliki oleh pemimpin dakwah itu mestilah berhubungan erat dengan
tujuan dakwah itu sendiri serta usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang harus
dilaksanakan. Adapun sifat, ciri atau nilai-nilai prbadi yang hendaknya dimilki
oleh pemimpin dakwah itu antara lain adalah sebagai berikut:[10]
1.
Berpandangan
jauh ke masa depan
Salah
satu fungsi pemimpin atau pimpinan adalah planning, yaitu pengambilan keputusan
pada waktu sekarang untuk tindakan-tindakan dan tercapainya tujuan pada waktu
yang akan datang. Untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut seorang pimpinan
haruslah memiliki ketajaman pandangan jauh ke masa depan.
2.
Bersikap
dan bertindak bijaksana
Menjadi
pimpinan tidaklah mudah. Sebab yang dihadapi adalah manusia dengan
subjektivitasnya masing-masing. Suatu keputusan yang diambil oleh sebahagian,
tetapi dipandang sebaliknya oleh sebahagian yang lain. Maka dalam mengahadapi
keadaan tersebut, seorang pemimpin harus bersikap dan bertindak bijaksana.
Sebab bilamana tidak, dapatlah mengakibatkan timbulnya ketegangan dan
kekacauan.
3.
Berpengetahuan
luas
Usaha
dakwah akan dapat berjalan secara efektif, bilamana penyelenggaraannya dipimpin
oleh orang-orang yang memilki pengetahuan luas. Sehingga dalam menghadapi
berbagai masalah dalam rangka prossesing dakwah, pimpinan dakwah dapat
mengambil pemecahan-pemecahan yang tepat.
4.
Bersikap
dan bertindak adil
Sikap
ini diperlukan, baik dalam memperlakukan para pelaksana dakwah yang
dipimpinnya, maupun dalam melaksanakan fungsi-fungsi pimpinan lainnya.dengan
adanya sikap adil pada dirinya, pimpinan akan selalu berpandangan obyektif.
5.
Berpendirian
teguh
Usaha
dakwah memerlukan pimpinan yang mempunyai pendirian teguh, yang tidak mudah
diombang-ambingkan oleh kondisi dan situasi yang senantiasa berubah-ubah.
6.
Mempunyai
keyakinan bahwa missinya akan berhasil
Keyakinan
akan keberhasilan missi yang dipimpinnya itu merupakan modal yang sangat
berharga bagi pimpinan, berupa tumbuhnya kemantapan dalam sikap dan tindakan.
7.
Berhati
ikhlas
Motivasi
yang mendorong seseorang bersedia menerjunkan diri dalam gerakan dan
usaha-usaha dakwah haruslah dorongan semata-mata karena mengharapkan keridlaan
Allah SWT.
8.
Memiliki
kondisi fisik yang baik
Pemimpin
gerakan dakwah tidaklah ringan, melainkan selalu dihadapkan pada tantangan dan
rintangan. Tugas-tugas yang berat seperti itu tentulah akan lebih efektif
bilamana dilakukan oleh orang-orang yang memiliki mental dan jasmani yang kuat
dan sehat.
9.
Mampu
berkomunikasi
Pimpinan
dakwah, disamping harus selalu menyampaikan ide, saran, nasihat, bimbingan,
intruksi dan informasi-informasi lainnya kepada orang-orang yang dipimpinnya,
iapun harus berhubungan dengan pihak lain. Oleh karena itu, pimpinan dakwah
mestilah mampu dan menguasai cara-cara dan teknik berkomunikasi.
6.
Penigkatan
kualitas kepemimpinan umat islam
Kepemimpinan adalah bagian dari kegiatan kehidupan
manusia yang digerakkan Allah SWT, yang harus disyukuri dengan terus berusaha
menigkatkan kualitasnya. Bersamaan dengan itu setiap pemimpin yang beriman akan
selalu berusaha pula meningkatkan kualitas kehidupan sebagai pemberian Allah
SWT yang sangat berharga, tidak saja bagi dirinya sendiri, tetapi juga untuk
seluruh jamaah yang dipimpinnya. Usaha itu tidaklah ringan karena setiap
pemimpin (umarah/ulil amri/ulama’) dalam meningkatkan kualitas kepemimpinan
harus memulai dari dirinya sendiri, kemudian berusaha memotivasi agar jamaahnya
berupaya meningkatkan kualitas dirinya.[11]
Dengan demikian dapat diharapkan semua umat Islam dengan kualitas yang tinggi,
akan selalu berusaha meningkatkan kualitas kehidupannya. Untuk itu perlu
diingat kembali sabda Rasulullah SAW yang mengatakan: “Seseorang yang hari ini,
lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung. Sedang yang sama hari ini
dengan hari kemarin adalah orang yang merugi. Selanjutnya apabila seseorang
ternyata hari ini, lebih buruk dari hari kemarin adalah orang yang dikutuk.”
Peningkatan kualitas kepemimpinan di
lingkungan umat Islam, pangkalnya terletak pada peningkatan iman yang mendasari
kehendak untuk berbuat amal kebaikan bagi orang lain. Dengan kata lain
penigkatan kemampuan berpikir dan mengkomunikasikan hasilnya berupa
keputusan-keputusan, pada dasarnya berarti juga mampu memecahkan masalah secara
efektif dan bersifat aplikatif. Adapun cara meningkatkan kualitas kepemimpinan
umat Islam diantaranya, yaitu:
1. Berpikir efektif dalam menetapkan keputusan
2. Mengkomunikasikan hasil berpikir
3. Meningkatkan partisipasi dan pemecahan
masalah.
IV.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kepemimpinan manajemen dakwah ialah suatu
kepemimpinan yang fungsi dan peranannya sebagai manajer suatu organisasi atau
lembaga dakwah yang bertanggung jawab atas jalannya semua fungsi manajemen,
mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
dan pengawasan (contrilling).
Dalam
kepemimpinan terdapat hubungan antarmanusia, yaitu hubungan memengaruhi (dari
pemimpin), dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikut/bawahan karena
dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin.
Adapun
karakter manajer dakwah yang ideal itu ialah Amanah, Memiliki ilmu dan
keahlian, Memiliki kekuatan dan mampu merealisir, Rendah diri, Toleransi dan
sabar [emosional stabil], Benar, adil dan dapat dipercaya [reliable],
Musyawarah, Cerdik dan memiliki firasat.
Terdapat
beberapa fungsi dalam kepemimpinan dakwah, yaitu : Fungsi Instruktif, Fungsi Konsultatif, Fungsi
Partisipasi, Fungsi delegasi, Fungsi
pengendalian, dan Fungsi keteladanan.
DAFTAR PUSTAKA
Kayo Khatib Pahlawan, Manajemen Dakwah, Jakarta
: Amzah, 2007
Munir Muhammad, Wahyu Ilaihi,
Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012
Nawawi Hadari, Kepemimpinan
Menurut Islam, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1993
Shaleh Abd. Rosyad, Manajemen Da’wah Islam,
Jakarta: PT Karya Unipress, 1993
[1] Muhammad Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 211.
[2] Ibid, hlm. 212.
[6] Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah, Jakarta : Amzah, 2007,
hlm :62
[7]
M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), hlm. 218.
[8]Ibid,
hlm. 220.
[9] Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 1993, hlm : 153
[11] Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993), hlm. 334.